Pemerintah Indonesia kembali
memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di pulau Jawa
dan Bali, mulai tanggal 3 Juli hingga 20 Juli 2021. Tindakan pemerintah ini
diambil karena angka penyebaran Covid-19 yang semakin tinggi di Indonesia,
terutama sejak varian Delta menyebar dengan sangat cepat. Salah satu aturan
PPKM adalah melangsungkan seluruh kegiatan belajar-mengajar secara daring.
Padahal, sebelumnya Kementerian Pendidikan berencana untuk mengadakan pembelajaran
tatap muka terbatas, mulai bulan Juli 2021. Hal ini dilakukan karena menteri
pendidikan dan kebudayan, Nadiem Anwar Makarim menyatakan bahwa pembelajaran
jarak jauh dinilai kurang efektif.
Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ),
kembali menjadi polemik bagi orang tua dan anak. Mengacu pada peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 109/2013, pasal 2, PJJ berarti murid dan guru hanya
mengandalkan penggunaan media komunikasi daring, dengan sistem belajar mandiri.
Sedangkan, implementasi gaya belajar ini masih dipertanyakan efektifitasnya
bagi anak-anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Selama berpraktik di masa Pandemi
Covid-19, penulis banyak menemui keresahan orang tua dalam mendampingi anak
melakukan PJJ. Umumnya, orang tua bingung bagaimana cara yang tepat untuk mendampingi
anak-anak mereka. Tidak jarang, orang tua pun merasa kesal saat melihat anaknya
sulit untuk fokus atau enggan dalam mengikuti PJJ. Hal ini akan terus dirasakan
oleh orang tua selama hari sekolah, serta menjadi salah satu stressor tersendiri
bagi mereka selama pandemi.
Lalu, bagaimanakah solusinya? Langkah
apa yang perlu diambil oleh orang tua? Berikut beberapa tips dari penulis yang
dapat dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi anak melakukan Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ):
Pembuatan Jadwal Harian
Jadwal membantu terciptanya regulasi yang
terstruktur akan aktivitas harian, dan mendukung kesehatan mental selama masa pandemi
(Hou, Lai, Ezra, & Goodwin, 2020). Sebab, jadwal harian itu sifatnya
terprediksi, dapat dikendalikan, dan bersifat pasti. Sifat-sifat yang justru berlawanan
dengan situasi pandemi yang tidak dapat diprediksi, tidak dapat dikendalikan,
dan tidak pasti. Anak juga akan terbiasa dan memahami waktu-waktu kapan saja ia
harus mengikuti PJJ. Dalam penerapan jadwal harian, libatkanlah anak untuk menyusun
dan memilih aktivitas hariannya. Namun, ingatkan kepada anak bahwa ada beberapa
aktivitas yang waktunya sudah pasti dan tidak dapat ditolerir, seperti waktu
sekolah dan ibadah sholat.
Pemilihan Ruang Belajar
Anak perlu memiliki ruang khusus untuk
mengikuti PJJ, sebaiknya ruangan tersebut minim distraksi, seperti tidak adanya
televisi, radio, ponsel, dan lain-lain. Pastikan juga di atas meja belajar hanya
terdapat benda-benda yang relevan dengan kegiatan PJJ. Sebab, rentang atensi
anak-anak masih terbatas dan belum dapat bertahan lama. Menurut Brain Balance
Achievement Centers (2021), rentang atensi anak adalah usia anak
dikali 2 sampai 3 untuk mengerjakan tugas dalam suatu waktu. Contohnya anak
usia 5 tahun, berarti ia memiliki rentang atensi sekitar 10 sampai 15 menit.
Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti seberapa banyak distraksi yang ada
di sekitar, juga dapat menjadi hal yang mempengaruhi rentang atensi seorang
anak. Oleh karena itu, mengatur ruang belajar menjadi hal yang sangat penting.
Pemberian Contoh Kongkrit
Berdasarkan aspek perkembangan kognitif
Piaget, anak-anak usia 2 sampai 7 tahun masih berada dalam tahap pra-operasional
(simbolis) dan anak usia 7 sampai 11 tahun masih berada dalam tahap operasional
kongkrit (Santrock, 2008). Sehingga, saat orang tua membantu anak dengan memberikan
contoh-contoh simbolis maupun kongkrit dalam kegiatan belajar daring, maka anak
akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru secara lisan. Gunakanlah
alat-alat yang sederhana dan yang sudah tersedia di rumah, seperti kertas,
pensil, krayon, ilustrasi gambar, mainan anak, balok, dan lain sebagainya untuk
membuat berbagai contoh simbolis dan kongkrit.
Reward Untuk Anak
Orang tua dapat memberikan reward berupa
apresiasi kepada anak melalui pujian, memberikan anak waktu bebas (free time),
atau memberikan anak kesempatan untuk memilih kegiatan apa yang hendak dilakukan
setelah ia menyelesaikan sekolah daringnya. Pemberian reward ini
merupakan salah satu cara untuk menguatkan perilaku anak dalam mengikuti rutinitas
PJJ. Sebab reward akan menghasilkan pengalaman yang menyenangkan dan positif
(White, 2011).
Pandemi Covid-19 adalah masa yang sulit untuk semua orang, termasuk bagi orang tua yang mendampingi anak-anaknya dalam melakukan kegiatan belajar daring. Orang tua seperti memainkan peran baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu menjadi seorang guru. Melalui tips-tips yang telah dijabarkan di atas, penulis berharap dapat membantu orang tua dalam menjalani perannya tersebut. Jangan lupa, orang tua juga perlu menjaga serta merawat kesehatan fisik dan mentalnya sendiri. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga, meluangkan waktu untuk me time, dan melakukan hobi secara rutin. Sebab, orang tua yang bahagia dan sehat, adalah orang tua yang siap untuk mengasuh dan mendampingi anak-anaknya.
Ditulis Oleh: Jane Cindy Linardi,
M.Psi, Psikolog.
Daftar Referensi
Brain Balance Achievement Centers
(2021). brainbalancecenters.com
Hou, W.K., Lai, F.T., Ezra, M., & Goodwin,
R. (2020). Regularizing Daily Routines for Mental Health During and After the
Covid-19 Pandemic. Journal of Global Health 10 (2).
Santrock, J.W. (2008). Educational Psychology.
McGraw-Hill, 3rd Edition.
White, N.M. (2011). Neurobiology of
Sensation and Reward. Taylor & Francis Group.
No comments:
Post a Comment