Wednesday, March 15, 2023

Beda Anak Aktif Dengan Anak yang Memiliki Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

Secara umum, banyak orang tua yang masih kesulitan membedakan apakah anaknya itu aktif, atau memiliki gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). Sebab, anak dengan ADHD juga menunjukkan keaktifan yang luar biasa dalam kesehariannya, sehingga banyak orang tua yang mengira bahwa anaknya memang anak yang aktif. 

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai perbedaan antara kedua hal tersebut, penulis ingin membahas terlebih dahulu definisi dari anak yang aktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktif adalah suatu kondisi dinamis atau bertenaga. Anak yang aktif berarti anak yang menyukai kegiatan-kegiatan yang dinamis dan mengeluarkan tenaga dalam kesehariannya. Misal: anak yang aktif, senang melakukan aktivitas seperti bersepeda, bermain bola, bermain basket, atau menekuni bidang olahraga lainnya. 

Sedangkan, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, atau yang lebih umum dikenal sebagai ADHD, adalah suatu kondisi gangguan neurodevelopmental, yang menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan untuk mempertahankan fokus atensi, menunjukkan hiperaktivitas, dan menampilkan perilaku yang impulsif (Hoseini, Ajilian, Khademi, Moghaddam, & Saeidi, 2014).

Berdasarkan kedua definisi tersebut, kita dapat melihat perbedaan mendasarnya. Anak yang aktif, menyukai kegiatan yang dinamis dan banyak mengeluarkan tenaga dalam aktivitas kesehariannya. Sedangkan, anak dengan ADHD meskipun terkesan sama-sama aktif, namun mengalami hambatan dalam hal fokus atensi dan cenderung menampilkan perilaku impulsif.

Berikut adalah beberapa simtom yang dialami oleh anak dengan gangguan ADHD, berdasarkan DSM-V (2013):

- Simtom inattentive: sulit mempertahankan fokus atensi, terkesan mengabaikan dan tidak merespon ketika diajak bicara secara langsung, sulit mengikuti instruksi dan umumnya sulit menuntaskan suatu tugas, sulit mengorganisir tugas dan aktivitas, menghindari dan cenderung tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental, kerap kehilangan barang-barang yang dibawa, sangat mudah terdistrak, dan cenderung pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

- Simtom hiperaktivitas: gelisah saat duduk cenderung menggerak-gerakan tangan dan kaki, sulit duduk tenang di situasi yang mengharuskannya untuk duduk, kerap berlari atau memanjat di situasi yang tidak sesuai, sulit untuk bermain atau belajar dengan tenang, banyak bicara, terkesan tidak pernah lelah karena terus aktif bergerak.

- Simtom impulsivitas: memberikan respon jawaban segera sebelum lawan bicaranya selesai bertanya atau berbicara, sulit menunggu giliran seperti mengantri dan berbaris, kerap memotong pembicaraan orang lain.

Penting diperhatikan bahwa, orang tua sangat tidak disarankan untuk melakukan self diagnosed terhadap anaknya hanya karena merasa ada beberapa kesamaan yang ditampilkan oleh anaknya dengan penjabaran simtom ADHD di atas. Orang tua disarankan untuk memeriksakan anaknya kepada psikolog klinis anak untuk mendapatkan pemeriksaan yang profesional. 

Secara garis besar, anak yang aktif mampu menempatkan dirinya, artinya ketika ia sedang belajar di kelas, maka ia dapat mengikutinya dengan tenang, fokus, dan dapat mengikuti seluruh peraturan yang diberikan guru. Keaktifannya tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar dan fungsi kesehariannya. Sedangkan, anak ADHD dengan hiperaktivitasnya mengalami kesulitan untuk mempertahankan fokus atensi, sulit untuk duduk dengan tenang selama belajar, ketahanan belajarnya pendek, dan cenderung sulit mengikuti peraturan karena perilaku impulsifnya. Intinya, anak dengan ADHD mengalami kendala dalam kegiatan belajar dan hal tersebut mengganggu fungsi kesehariannya.

Jangan ragu untuk memeriksakan anak ke psikolog klinis anak. Jika anak mengalami gangguan ADHD, semakin cepat ia ditangani, maka akan semakin baik prognosisnya. Sebab, individu yang memiliki kondisi ADHD yang tidak ditangani di masa kecilnya, meningkatkan kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami depresi, kecemasan, serta penyalahgunaan obat dan zat terlarang di usia dewasa (Watters, Adamis, McNicholas, & Gavin, 2017).


Ditulis Oleh: Jane Cindy Linardi, M.Psi., Psikolog.

Sumber Referensi:

Hoseini, B., Ajilian, M., Moghaddam, H., Khademi, G., & Saeidi, M. (2014). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children: A Short Review and Literature. International Journal of Pediatrics, Vol. 2, N. 4-3, Serial No. 12.

Watters, C., Adamis, D., McNicholas, F., & Gavin, B. (2017). The Impact of Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) in Adulthood: A Qualitative Study. Irish Journal of Psychological Medicine, p. 1-7.

 

No comments:

Post a Comment

Regulasi Emosi Pada Anak

 Regulasi emosi adalah suatu rangkaian proses intrinsik dan ekstrinsik pada diri seseorang yang bertujuan untuk memonitor, mengevaluasi, dan...